Selvi
memandang dari jendela kamar dan melamun berharap pelangi muncul setelah hujan
lebat. Dari arah jendela Selvi melihat seorang pria berteduh di depan rumahnya.
Ia masih memperhatikan pria itu dengan sebuah tas gitar yang ia lindungi lebih
berharga darinya. Akhirnya hatinya ibah dan keluar dari rumah dengan sebuah
payung. Ia mendekati pria itu dan membuka pintu gerbang. “Masuk yuk, daripada
kehujanan.” tawar Selvi. “Yakin ga’ papa!!” ujar pria itu sopan. “Serius. Di
rumah ini aku tinggal sendiri. Ayo!!!”. Pria itu memarkirkan motornya di
halaman rumah Selvi yang sederhana. Kemudian Selvi mengajaknya duduk teras
rumahnya. Selvi mengambilkan sebuah handuk kering untuk mengeringkan sisa-sisa
hujan untuk pria itu..
Namun pria itu lebih
memilih membersihkan gitarnya daripada dirinya. Selvi hanya tersenyum
memperhatikan tingkah pria berkulit putih dan bermata sipit tersebut. “Kok
gitarnya dulu yang di keringkan. Bukannya kamu??” “Iya ga’ papa. Ini nyawa
pertamaku. Jadi penting juga!” “Emang gitar itu buat apa??” “Saya Thomas. Saya
seorang gitaris band amatiran namanya Superband.” “Wah pantesan. Dengar-dengar
seorang pemusik menganggap alat musik sebagai nyawanya. Aku pikir tadinya cuma
rumor dan ternyata benar!” “Hehe. Gitulah. .. Emang kamu bisa main alat musik
juga?” “Hm..” Selvi terdiam menatap gitar pria tersebut. “Sedikit bisa main
piano, dulu sempat les tapi sekarang udah bodoh kali, tapi kalau gitar emang
ga’ bisa. Pengen belajar tapi ga’ ada waktu, sibuk untuk kuliah.” “Oo gitu…
Emangnya kamu kuliah dimana?” “STIKOM dekat sini. Bukan asli dari kota ini.
Rumah ini kontrak, Jangan heran kalau aku tinggal sendiri di rumah ini!”
“Hahaha,, gitu…!”
Selvi menawarkan
secangkir teh hangat kepada pria itu. Thomas tersanjung dengan kebaikan gadis
itu. Hujan mulai reda. Thomas segera ke café tempat ia bekerja dan pamit kepada
Selvi. Selvi senang berkenalan dengan pria itu. “Terima kasih tempat buat aku
berteduh, jasa kamu pasti aku balas kelak” “Idih… Pemusik emang romantis kata-katanya.
Hmm… bagaimana kalau kamu ajarin aku main gitar!!” “Benar… dengan senang hati
aku mau ajarin kamu. Kalau aku sempat pasti aku ajarin kamu.” “Baiklah kalau
begitu!”. Perkenalan itu menjadi awal kedekatan mereka.
Thomas benar-benar
menemui Selvi untuk mengajarkan Selvi bermain gitar dari nol hingga mulai
menarik petikan nada dari gitar klasik yang dipinjamkan oleh Thomas. Selvi
mulai menyukai musik sejak itu. Ia selalu menantikan guru les gitar barunya
tersebut setiap kesempatan waktu yang ada. Setelah latihan beberapa kali,
Thomas juga melihat sebuah potensi besar dari suara yang dimiliki oleh Selvi.
Kebetulan vocalis di bandnya memutuskan mundur untuk mencari peluang kerja yang
lebih baik. Selvi sempat ragu. Namun karena dorongan yang diberikan Thomas
membuat ia berani menyatakan dirinya bersedia. Ternyata, pilihan Thomas kepada
Selvi tidak salah. Band mereka mulai banyak menarik minat café-café untuk
memberikan porsi konser kepada mereka.
Selvi mulai giat menjadi
vocalis dan membuat kuliahnya terbengkalai. Ada hal lain yang ia sembunyikan
dalam kebersamaan bandnya. Ia mulai jatuh cinta pada Thomas. Namun Thomas
selalu menegaskan kepada seluruh tim untuk menggapai cita-cita mereka dahulu
menjadi band sukses ketimpang mengurusi urusan pribadi mereka termasuk cinta.
Kebesaran nama band mereka belum cukup untuk membuat band tersebut masuk dalam
dapur rekaman. Beberapa kali di tolak oleh pengusaha rekaman da membuat Thomas
putus asa. Disaat itulah Selvi selalu memberi dorongan. Cinta antara mereka tak
dapat disembunyikan. Sejak itu mereka menjadi sepasang kekasih. Seiring mimpi
mereka menjadi band sukses, diikuti kisah cinta mereka yang begitu indah.
Mereka mengubah nama bandnya menjadi APPLE. Dengan tambahan dua orang yang
awalnya hanya bertiga. Kini mereka berjumlah lima orang termasuk Selvi, Thomas,
Gerry, Nita dan Hendra. Dua anggota baru adalah dua bersaudara Nita dan Hendra
yang mempunyai kemampuan biola (Nita) dan piano (Hendra). Mereka menginginkan
band mereka sukses dan saat itu juga ada audisi konser di kota mereka.
Gerry dan Thomas adalah
sahabat dekat yang selalu bersama sejak kecil. Namun Gerry memiliki kebiasaan
buruk sehingga memiliki beberapa musuh yang selalu datang untuk mengajaknya
berkelahi. Ketika itu Gerri berdebat dengan salah satu anggota band yang
terlihat iri dengan kesuksesan band Apple.
Selvi mulai mahir
menciptakan lagu dengan gitar. Ia mulai sering bolos kuliah. Ia rela melakukan
semua itu demi cita-cita dan mimpinya bersama sang kekasih. Hubungan mereka
begitu dekat dan sulit untuk dipisahkan.
Band merekan tiba untuk
melakukan audisi dan lolos ke final yang bersaing dengan band yang saat itu
membuat keributan dengan Gerry. Mereka telah siap di hari final dan saat itu
Selvi sedang ujian di kuliahnya. Ia memutuskan berangkat sendiri dengan taksi
menuju tempat audisi setelah ujian usai. Sedangkan Thomas dan Gerry pergi
bersama begitu juga Nita dan Hendra. Sesampai disana Selvi, Nita dan Hendra
menunggu Thomas dan Gerry. Sedangkan band mereka sebentar lagi audisi. Selvi menghubungi
Thomas dan Gerry namun tak dapat di hubungi. Mereka mulai cemas dan akhirnya
Gerri menghubungi Selvi. Gerry mengatakan kalau mereka ada suatu urusan dan
menyuruh Selvi untuk melakukan audisinya bertiga. Sekarang mereka bertiga
berjuang untuk band mereka.
Audisi berakhir dan
Selvi membawa keberhasilan. Selvi menghubungi Gerry. “Gerry, kita juara. Kita
bisa jadi band dapur rekaman.” “Selamat ya. Sel, Thomas kritis. Dia dirawat di
rumah sakit. Ayo, cepatan ke sini.” “Kamu ga’ bercandakan Ger?” “Ngga’, cepatan
kesini.” Selvi mulai cemas dan gelisah. Sesampai di rumah sakit ia menemui
Gerry dengan luka di kepalanya. Di UGD dia melihat Thomas terbaring dengan alat
bantu pernafasan. Ia menerobos ruang itu dan berteriak keras. Suster dan dokter
memisahkan gadis itu. Selvi bertanya kepada Gerry. “Kenapa bisa begini?”
“Maafkan aku Sel. Ini salah aku. Andai aku tidak buat keributan, dia tak akan
seperti ini. Dia tertusuk pisau saat dia menolong aku dari perkelahian itu.”
Kemudian dokter keluar dari ruang UGD dan mengatakan pasien telah meninggal.
Selvi menerobos pintu UGD dan berteriak sekeras-kerasnya. “Thom, jangan
tinggalkan aku.”
Cinta mereka berakhir
sebagai kenangan. Selvi tak bisa melupakan kenangan mereka berdua. Ia melihat
gitar yang diberikan Thomas sebagai bagian hidup Thomas yang tersisa. Selvi
memetik gitar dan akhirnya menciptakan sebuah lagu yang indah. Kemudian Selvi
mempunyai semangat untuk bernyanyi. Saat itu band mereka menyanyikan lagu yang
dibuat Selvi. Selvi mulai membuka kata-kata terakhirnya, “Lagu ini aku
persembahkan untuk orang yang ku cintai yang telah pergi untuk selamanya.”
Seorang pengusaha jatuh cinta pada lagu itu dan membuat band mereka sukses.
Usai konser Selvi pulang karena kelelahan. Saat teman-temannya datang ke rumah
Selvi mereka menemui Selvi dengan tetesan darah dan selembar lirik lagu untuk
persembahan terakhir hidupnya. Lagu tersebut kemudian sukses dan menyisakan
pilu yang amat dalam.